Sabtu, 26 Mei 2012

Jumat, 25 Mei 2012


Aksi penolkan SBY di Yogjajarta, Jogja tetep Istimewah . Yogja kota plurarime Indonesia , dimana kota ini menampung peljar dari berbagai suku, budaya, bahasa , dan berbeda beda tetap satu jua.

Aksi penolakan SBY di jalan Maliboro pada hari jumat pukul 14.00 WIB di jalan Maliobro . Dan berorasi di depan Istana Kepresidenan Yogjakarta.

ANJURAN MENCARI ILMU


1.     Rosulullah Saw bersabda, “Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seseorang, maka Dia akan memberikan kepahaman agama kepadanya.”(HR. Bukhari dan Muslim)

2.     Rosulullah Saw bersabda, “Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim, dan orang yang meletakkan ilmu pada selain yang ahlinya bagaikan menggantungkan permata mutiara dan emas pada babi hutan.” (HR. Ibnu Majah dan lainnya)

      Mencari ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam, pria maupun wanita. Kewajibannya tidak terbatas pada masa remaja, tetapi sampai tua pun kewajiban mencari ilmu tidak pernah berhenti.

Dalam kitab “Ta’limul Muta’allim” disebutkan bahwa ilmu yang wajib dituntut terlebih dahulu adalah “ilmu Haal” yaitu ilmu yang seketika itu pasti digunakan dan diamalkan bagi setiap orang yang sudah baligh. Seperti ilmu Tauhid dan ilmu Fiqih. Di dalam ilmu Tauhid yang harus dipelajari dahulu mengenal ke-Esaan Allah serta sifat-sifat-Nya yang wajib dan muhal, kepercayaan kepada malaikat, kitab-kitab Allah, para Rosul, hari kiamat dan takdir dan buruk adalah dari Allah. Kemudian di dalam ilmu Fiqih yang harus dipelajari berkisar tentang Ubudiyyah dan Muamalah.

            Apabila dua bidang ilmu itu telah dikuasai, baru mempelajari ilmu-ilmu lainnya,  misalnya ilmu kedokteran, dan ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi manusia.

            Kadang-kadang orang lupa dalam mendidik anaknya, sehingga lebih mengutamakan ilmu-ilmu umum daripada ilmu agama. Maka anak menjadi orang yang buta agama dan menyepelekan kewajiban-kewajiban agamanya. Dalam hal ini orang tua perlu sekali memberikan bekal ilmu keagamaan sebelum anaknya mempelajari ilmu-ilmu umum yang beraneka ragam macamnya.

3.     Rosulullah Saw bersabda, “Terhadap orang yang mencari ilmu, malaikat membentangkan sayap-sayapnya untuknya karena rela terhadap apa yang dicari.” (HR. Ibnu Asakir)

4.     Rosulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang kedatangan ajal, sedang ia masih menuntut ilmu, maka ia akan bertemu dengan Allah di mana tidak ada jarak antara dia dan antara para nabi kecuali satu derajat kenabian.” (HR. Thabrani)

            Mencari ilmu adalah amal yang mulia dan terpuji. Khususnya ilmu agama Islam. Sebab, dengan menekuni ilmu-ilmu agama, berarti dia telah merintis jalan untuk mencari ridho Allah. Dengan ilmu itu ia dapat menghindari larangan-larangan Allah dan menjalankan perintah-Nya. Karena itulah para malaikat selalu melindungi orang-orang yang sedang menuntut ilmu. Dan kelak di hadapan Allah mereka mendapat kemuliaan  yang hanya terpaut satu derajat dengan para nabi.

5.     Rosulullah Saw bersabda, “Dunia itu dilaknat, dan dilaknat pula apa yang ada di dalamnya kecuali zikir (ingat) kepada Allah beserta apa-apa yang mengikutinya, orang ‘alim dan orang yang belajar.” (HR. Turmudzi)

6.     Rosulullah Saw bersabda, “Sedekah yang paling utama adalah orang Islam yang belajar suatu ilmu kemudian diajarkan ilmu itu kepada orang lain.” (HR. Ibnu Majah)

            Dunia beserta isinya dilaknat oleh Allah kecuali zikir kepada-Nya dan amalan-amalan yang bisa membuat orang ingat kepada-Nya, orang yang berilmu dan orang yang menuntut ilmu. Lebih utama lagi orang yang mau menuntut ilmu kemudian ilmu itu diajarkan kepada orang lain. Inilah sedekah yang paling utama dibanding sedekah harta benda. Mengapa demikian ? Karena mengajarkan ilmu, khususnya ilmu agama, berarti menanam amal yang muta’addi (dapat berkembang) yang manfaatnya bukan hanya dikenyam orang yang diajarkan itu sendiri, tetapi dapat dinikmati orang lain

7.     Rosulullah Saw bersabda, “Ilmu itu lebih utama dari pada ibadah, sedang sebaik- baik agama adalah sifat waro’. ” (HR. Thabrani)

      Waro’ ialah menjauhkan diri dari dosa, barang syubhat dan maksiat. Sedang barang syubhat ialah barang yang masih diragukan halal dan haramnya. Hanya orang-orang yang berilmulah kiranya yang dapat menjalankan ibadah dengan baik dan sempurna serta berlaku waro’ dalam segala perilakunya.

8.     Abi Umamah berkata, “Ditunjukkan kepada Rosulullah Saw dua orang laki-laki, salah satu dari keduanya ahli ibadah sedang yang lain orang ‘alim.” Maka Rosulullah Saw bersabda, “Keutamaan orang ‘alim dibanding dengan orang ahli ibadah  seperti keutamaanku terhadap orang yang paling rendah dari kalian.” Rosulullah melanjutkan, “Sesungguhnya Allah, malaikat-Nya serta penghuni langit dan bumi hingga semut yang ada di liangnya sampai kepada jenis ikan, semuanya mendo’akan orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. Thurmuzdi)

            Yang dimaksud orang ‘alim, adalah orang ‘alim yang mau mengamalkan ilmunya, sedang orang yang ahli ibadah, adalah orang yang tekun beribadah tetapi bodoh, jadi orang ‘alim yang mengamalkan ilmunya itu lebih utama dari pada orang bodoh yang ahli ibadah.

9.     Rosulullah Saw bersabda, “Allah tidaklah disembah dengan sesuatu yang lebih utama dari pada kepahaman agama. Dan sungguh satu orang yang paham dalam agama itu lebih berat bagi setan dari pada seribu orang ahli ibadah. Dan setiap sesuatu itu ada tiangnya, sedang tiangnya agama ini adalah fiqih (paham).” (HR. Daruquthni)

Diceritakan bahwa pada suatu hari Rosulullah Saw datang ke masjid. Di muka pintu masjid itu beliau melihat setan yang ragu ragu akan masuk. Lalu beliau menegurnya, “Hai setan, apa yang sedang kamu kerjakan di sini ?” Maka setan menjawab, “Saya akan masuk masjid untuk menggaggu orang yang sedang sholat. Tetapi aku takut kepada orang lelaki yang sedang tidur.” Segera baliau menjawab, “Hai Iblis, mengapa kamu tidak takut kepada orang yang sedang sholat menghadap Tuhannya, tetapi justru takut kepada orang yang sedang tidur ?.” Setan menjawab, “Betul, sebab orang yang sedang sholat itu bodoh sehingga mengganggunya lebih mudah. Sebaliknya orang yang sedang tidur itu adalah orang ‘alim, hingga saya kuatir seandainya saya ganggu orang yang sedang sholat itu, maka orang ‘alim itu terbangun dan segera membetulkan sholatnya.” Sebab peristiwa itu maka Rosulullah Saw bersabda, “Tidurnya orang ‘alim lebih baik dari pada ibadahnya orang bodoh.” Demikian disebutkan dalam kitab “Minhajul Muta’allimin”.

10.                        Rosulullah Saw bersabda, “Apabila kamu lewat pada kebun surga, maka bersenang-senanglah kalian.” Sahabat bertanya, “Wahai Rosulullah, apakah kebun surga itu ?” Beliau menjawab, “yaitu tempat-tempat ilmu.”(HR. Thabrani)

            Setiap majlis yang di situ merupakan tempat untuk membahas, menekuni, dan memperkembangkan ilmu, khususnya ilmu agama, maka majlis itu bagaikan kebun surga yang penuh kenikmatan. Setiap kalimat yang didengar nilainya sama dengan satu kebajikan. Berapa kebajikan yang diperoleh selama dalam majlis itu, tinggal menghitung berapa kalimat yang telah didengar. Dan setiap kebajikan itu kelak pasti dibalas dengan kenikmatan di surga.

Narasumber: Kitab “At-Targhiib Wat-Tarhiib”.

Rabu, 16 Mei 2012

With My Heart


saat itu di pantai ngobaran wonosari , jogjakarta.

Kerukunan Sebagai Pilar Keragaman dan Toleransi


Bahwa hak beragama adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. Inilah yang disebut sebagai freedom to be. Di dalam hal ini, negara tidak boleh mencampuri urusan freedom to be dimaksud. Misalnya orang Islam harus menyebut Muhammad saw sebagai rasulullah. Shalat wajib harus lima kali sehari dengan urutan dan waktu yang sudah ditentukan.
Negara  menjamin  kemerdekaan  tiap-tiap penduduk utk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. di dalam hal ini, maka pemerintah berkewajiban melindungi setiap usaha penduduk melaksanakan ajaran agama & ibadat pemeluk-pemeluknya. Pemerintah mempunyai tugas untuk memberikan bimbingan dan pelayanan agar setiap penduduk dlm melaksanakan ajaran agamanya dapat berlangsung dgn rukun, lancar, dan tertib;
Arah kebijakan Pemerintah dalam pembangunan nasional di bidang agama antara lain peningkatan kualitas pelayanan dan pemahaman agama, kehidupan beragama, serta peningkatan kerukunan intern dan antar umat beragama. Agama memang selalu menjadi topik menarik dalam setiap even membahas relevansinya bagi kehidupan masyarakat, pemerintah dan negara. Tidak terkecuali adalah ketika agama dipertanyakan kembali relevansinya bagi pembangunan nasional. Agama memang menjadi pattern for behavior di dalam kehidupan manusia dan juga masyarakat.
Sebagai pedoman di dalam kehidupan manusia, agama sering menjadi sasaran ketika tafsir agama dimaksud menyebabkan terjadinya permasalahan di dalam masyarakat tersebut. Tidak terkecuali di dalam acara National Summit yang dilaksanakan selama dua hari, Kamis –Jum’at, 29-30 Oktober 2009. Di dalam National Summit ini juga banyak yang mempertanyakan bagaimana agama dapat dijadikan sebagai spirit dalam membangun masyarakat Indonesia.
Ada tiga fokus pembicaraan tentang relasi agama dan masyarakat, yaitu agama dalam relasinya dengan kerukunan umat, agama dalam relevansinya dengan peningkatan kehidupan umat dan agama dalam relevansinya dengan tantangan pembangunan secara menyeluruh atau menjadikan agama sebagai spirit pembangunan.  Tentu yang saya tulis ini bisa saja tidak sama dengan rekomendasi sidang Komisi VI yang membincang tentang “agama dan Pembangunan Nasional”. Tetapi yang jelas bahwa perbincangan dari para diskusan dapatlah diresume dalam tiga fokus pembicaraan tersebut. Tulisan ini baru membincangkan tentang relasi antara agama dengan tantangan pembangunan keberagamaan ke depan.
Kerukunan umat beragama merupakan pilar kerukunan bangsa dan negara. Kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi,  saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pemeliharaan kerukunan umat beragama adalah upaya bersama    umat beragama dan Pemerintah di bidang pelayanan, pengaturan, dan pemberdayaan umat beragama.
Rukun, bahwa maknanya rang Indonesia (khususnya Orang Jawa) selalu mengedepankan kerukunan dalam kehidupannya. Harmoni, artinya orang Indonesia (khususnya Orang Jawa) selalu mengedepankan keseimbangan antara mikro kosmos dan makro kosmos. Kemudian Selamet, yang berarti bahwa  orang Indonesia (khususnya orang Jawa) sangat menjaga keselamatan baik dengan sesama manusia, alam dan Tuhan
            Dengan demikian, yang sesungguhnya diharapkan adalah bagaimana mengembangkan sikap dan tindakan yang mengedepankan kerukunan antar suku, etnis dan  agama secara sungguh-sungguh. Jadi yang diharapkan bukan pluralisme atau multikulturalisme butik, di mana kerukunan dan keharmonisan hanyalah di luarnya saja. Hal itu hanya dilakukan dengan duduk bersama, makan bersama dan berbicara bersama, akan tetapi tidak menjelma ke dalam membangun program kerja bersama.
Jadi, ke depan yang perlu dikembangkan adalah bagaimana membangun tidak sekedar co eksistensi tetapi pro eksistensi.

TIPS MENJADI WARTAWAN YANG BAIK

1.Hubungan dengan narasumber harus dikontrol agar tidak terlalu dekat dan tidak terlalu renggang.

Ini mengarahkan kita menjadi independen. Juga agar tidak diperalat. Menjadi wartawan bukan untuk mencari kawan, juga tidak mencari lawan - tapi mencari berita.Tidak pernah ada dalam kode etik wartawan Indonesia, atau dalam kode etik wartawan di negara mana pun, atau dalam mata kuliah jurnalistik, yang menyebutkan profesi wartawan adalah untuk mencari kawan sebanyak-banyaknya. "Sesungguhnya wartawan adalah pertapa yang hebat; yang sanggup kesepian di tengah keramaian; karena dia lebih peduli pada APA daripada SIAPA."Sebagai wartawan, lebih bagus jika anda tidak punya profesi lain. Hindari menjadi pengurus parpol, LSM, apalagi pemborong. "Semakin sedikit predikat yang disandang, semakin baik seorang wartawan menulis," ujar Katharine Graham, pemilik Washington Post. "Wartawan ya wartawan.Titik," kata Bambang Soed dari Tempo.

2. Cara terbaik menjadi penulis yang baik adalah: mulai dulu menjadi pembaca yang baik. Usahakan menulis feature setidaknya sekali dua minggu .Wartawan yang bisa menulis feature sudah pasti "sempurna" menulis berita biasa - yang berpola piramida terbalik. Sebaliknya belum tentu. Berita politik atau berita bisnis tidak dibaca semua orang. Tapi feature, pasti banyak dibaca.

3.Berita bukan cuma mengenai pejabat, tapi kisah rakyat kecil.Anda mungkin pernah membaca beberapa tahun lalu sebuah berita feature di halaman depan Kompas. Bukan mengenai Presiden yang bermain dengan cucunya; tapi tentang seorang buruh pabrik sandal yang diadukan ke polisi dengan tuduhan mencuri sepasang sandal. Padahal dia cuma memakai sebentar sandal itu ke mushola untuk sembahyang.Bayangkan, berita sepele itu muncul di halaman depan koran sebesar Kompas. Dan inilah kelemahan banyak koran daerah: sering menganggap hanya berita tentang gubernur atau bupatilah yang layak di halaman depan; padahal justru kisah-kisah humanis tentang orang-orang kecil itulah yang idealnya diangkat pers ke permukaan. Apakah itu karena wong cilik tak mampu kasih amplop kepada wartawan seperti halnya amplop temu pers pejabat? 

4.Jurnalisme adalah pekerjaan orang-orang kreatif.  Bagi penulis dan jurnalis, menemukan ide-ide, apalagi orisinal, bagai menemukan harta karun. Perhatikan lingkungan; jangan cuma lihat. Simak pembicaraan orang; jangan hanya dengar. Berpikir kreatif kulakukan dengan berkhayal sebelum tidur di tengah malam; atau ketika jongkok di toilet sambil mengepulkan asap rokok. Bila ide muncul, langsung catat di kertas atau laptop.


5.Gunakan istilah yang spesifik dan mudah dimengerti. Pakai kata khusus; bukan kata umum. Hindari repetisi dan kata-kata berkabut. Tulislah "Lima penjambret dompet ditangkap dalam perayaan Natal" Jangan tulis "Sejumlah kriminal diamankan aparat untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya karena melakukan tindak pidana dalam perayaan hari raya Kristen yang suci dan khusyuk."Tak ada salahnya sesekali bereksperimen dengan kosa-kata dan frasa baru. Itu membuat karya anda senantiasa segar dan tidak membosankan. Jangan pernah berpikir akan dipuji sebagai wartawan hebat karena anda menulis istilah-istilah sulit, berbahasa asing, dan ilmiah. Bila anda gemar menyelipkan kata-kata ilmiah pada setiap kalimat dan alinea, cobalah menulis buku pelajaran atau jadi dosen - anda sudah kesasar berprofesi sebagai wartawan.

6. Semakin jarang mengutip sumber anonim, semakin baik. Semakin berani seorang sumber disebutkan identitasnya, semakin kecil kemungkinan ia berbohong. Ada tips untuk ini. Jika mulai curiga si narasumber berbohong, langsung keluarkan alat perekam atau kamera. Jika memang sedang berbohong, biasanya dia menolak untuk direkam atau difoto.

7. Wartawan harus berkarakter. Jangan jadi wartawan kebanyakan. Maka anda harus jadi wartawan berkarakter. Maksudnya adalah karakter pada tulisan; bukan penampilan diri, apalagi kalau harus menggondrongkan rambut dan memakai sandal jepit ketika meliput.Buatlah pembaca membolak-balik koran hanya untuk mencari tulisan anda. Pendiri Kompas Jacob Oetama mengatakan, setiap wartawan harus menetapkan etika dan standarnya sendiri-sendiri.Dalam berita seminar ilmu fisika misalnya, kita harus menulis gelar si pembicara agar publik tahu layak tidaknya dia bicara soal fisika. Atau dalam berita walikota yang baru dilantik, tentu bagus menjelaskan apa saja gelarnya untuk pertama kali.Jangan sesekali menjiplak berita dari wartawan lain, apalagi menjiplak yang sudah terbit. Karena itu menjadikan karya-karya kita tidak berkarakter.

8. Belajarlah memotret. Berita koran akan lebih menarik jika disertai foto. Meskipun tugas utama reporter adalah menulis, sebaiknya jangan malas memotret. Terkadang sebuah foto yang kuat lebih layak menghabiskan lima kolom koran dibanding berita.Perhatikan foto-foto lepas di Kompas atau Koran Tempo. Tiga hal pokok dalam foto jurnalistik adalah momen (waktu terbaik menjepret tombol pembuka rana), angle (sudut pengambilan kamera), dan komposisi gambar. Foto jurnalistik yang baik tidak selalu harus fokus atau berwarna tajam dan indah. Yang utama ialah: foto itu menjelaskan sesuatu. Katakan seorang reporter menyertakan foto untuk berita rapat pemkab seperti ini: gambar seorang PNS memunguti kertas yang lepas dari tangannya dengan latar bupati sedang berbicara. Foto ini sangat pantas untuk dimuat.

9. Jangan menginterogasi; anda bukan polisi. Tugas wartawan sebatas memberitahu publik apa yang terjadi. Maka jangan memosisikan diri sebagai interogator, jaksa, atau hakim ketika mewawancarai narasumber. Pakailah bahasa yang santun. Kritis tidak berarti harus kasar. Lebih baik kita terlihat bodoh di depan narasumber daripada konyol di mata pembaca.

10. Senjata wartawan yang paling ampuh adalah bertanya. Amunisi paling tajam adalah kata-tanya "mengapa". Karena pertanyaan dengan kata tanya "mengapa"ini akan mengungkapkan alasan dan letarbelakang terjadinya suatu peristiwa.

(mathuy- dikutip dari tabloid berita independen sergap)