Sabtu, 26 Mei 2012
Teman lensa manual
Foto ini saya ambi dari http://forum.lensamanual.net/viewtopic.php?f=62&t=4986&start=160 , ini teman teman lensa manual k3.
Jumat, 25 Mei 2012
ANJURAN MENCARI ILMU
1.
Rosulullah
Saw bersabda, “Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seseorang, maka Dia
akan memberikan kepahaman agama kepadanya.”(HR. Bukhari dan Muslim)
2.
Rosulullah Saw bersabda, “Mencari ilmu itu wajib bagi setiap
muslim, dan orang yang meletakkan ilmu pada selain yang ahlinya bagaikan
menggantungkan permata mutiara dan emas pada babi hutan.” (HR. Ibnu
Majah dan lainnya)
Mencari
ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam, pria maupun wanita. Kewajibannya tidak
terbatas pada masa remaja, tetapi sampai tua pun kewajiban mencari ilmu tidak
pernah berhenti.
Dalam
kitab “Ta’limul Muta’allim” disebutkan bahwa ilmu yang wajib dituntut terlebih
dahulu adalah “ilmu Haal” yaitu ilmu yang seketika itu pasti
digunakan dan diamalkan bagi setiap orang yang sudah baligh. Seperti ilmu
Tauhid dan ilmu Fiqih. Di dalam ilmu Tauhid yang harus dipelajari dahulu
mengenal ke-Esaan Allah serta sifat-sifat-Nya yang wajib dan muhal, kepercayaan
kepada malaikat, kitab-kitab Allah, para Rosul, hari kiamat dan takdir dan
buruk adalah dari Allah. Kemudian di dalam ilmu Fiqih yang harus dipelajari
berkisar tentang Ubudiyyah dan Muamalah.
Apabila
dua bidang ilmu itu telah dikuasai, baru mempelajari ilmu-ilmu lainnya, misalnya
ilmu kedokteran, dan ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi manusia.
Kadang-kadang
orang lupa dalam mendidik anaknya, sehingga lebih mengutamakan ilmu-ilmu umum
daripada ilmu agama. Maka anak menjadi orang yang buta agama dan menyepelekan
kewajiban-kewajiban agamanya. Dalam hal ini orang tua perlu sekali memberikan
bekal ilmu keagamaan sebelum anaknya mempelajari ilmu-ilmu umum yang beraneka
ragam macamnya.
3.
Rosulullah Saw bersabda, “Terhadap orang yang mencari ilmu,
malaikat membentangkan sayap-sayapnya untuknya karena rela terhadap apa yang
dicari.” (HR. Ibnu Asakir)
4.
Rosulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang kedatangan ajal, sedang
ia masih menuntut ilmu, maka ia akan bertemu dengan Allah di mana tidak ada
jarak antara dia dan antara para nabi kecuali satu derajat kenabian.” (HR.
Thabrani)
Mencari
ilmu adalah amal yang mulia dan terpuji. Khususnya ilmu agama Islam. Sebab,
dengan menekuni ilmu-ilmu agama, berarti dia telah merintis jalan untuk mencari
ridho Allah. Dengan ilmu itu ia dapat menghindari larangan-larangan Allah dan
menjalankan perintah-Nya. Karena
itulah para malaikat selalu melindungi orang-orang yang sedang menuntut ilmu.
Dan kelak di hadapan Allah mereka mendapat kemuliaan yang hanya
terpaut satu derajat dengan para nabi.
5.
Rosulullah
Saw bersabda, “Dunia itu dilaknat, dan dilaknat pula apa yang ada di dalamnya
kecuali zikir (ingat) kepada Allah beserta apa-apa yang mengikutinya, orang
‘alim dan orang yang belajar.” (HR. Turmudzi)
6.
Rosulullah Saw bersabda, “Sedekah yang paling utama adalah orang
Islam yang belajar suatu ilmu kemudian diajarkan ilmu itu kepada orang lain.” (HR.
Ibnu Majah)
Dunia
beserta isinya dilaknat oleh Allah kecuali zikir kepada-Nya dan amalan-amalan
yang bisa membuat orang ingat kepada-Nya, orang yang berilmu dan orang yang
menuntut ilmu. Lebih utama lagi orang yang mau menuntut ilmu kemudian ilmu itu
diajarkan kepada orang lain. Inilah
sedekah yang paling utama dibanding sedekah harta benda. Mengapa demikian ?
Karena mengajarkan ilmu, khususnya ilmu agama, berarti menanam amal yang muta’addi (dapat
berkembang) yang manfaatnya bukan hanya dikenyam orang yang diajarkan itu
sendiri, tetapi dapat dinikmati orang lain
7.
Rosulullah
Saw bersabda, “Ilmu itu lebih utama dari pada ibadah, sedang sebaik- baik agama
adalah sifat waro’. ” (HR. Thabrani)
Waro’
ialah menjauhkan diri dari dosa, barang syubhat dan maksiat. Sedang barang
syubhat ialah barang yang masih diragukan halal dan haramnya. Hanya orang-orang
yang berilmulah kiranya yang dapat menjalankan ibadah dengan baik dan sempurna
serta berlaku waro’ dalam segala perilakunya.
8.
Abi
Umamah berkata, “Ditunjukkan kepada Rosulullah Saw dua orang laki-laki, salah
satu dari keduanya ahli ibadah sedang yang lain orang ‘alim.” Maka Rosulullah
Saw bersabda, “Keutamaan orang ‘alim dibanding dengan orang ahli ibadah seperti
keutamaanku terhadap orang yang paling rendah dari kalian.” Rosulullah
melanjutkan, “Sesungguhnya Allah, malaikat-Nya serta penghuni langit dan bumi
hingga semut yang ada di liangnya sampai kepada jenis ikan, semuanya mendo’akan
orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. Thurmuzdi)
Yang
dimaksud orang ‘alim, adalah orang ‘alim yang mau mengamalkan ilmunya, sedang
orang yang ahli ibadah, adalah orang yang tekun beribadah tetapi bodoh, jadi
orang ‘alim yang mengamalkan ilmunya itu lebih utama dari pada orang bodoh yang
ahli ibadah.
9.
Rosulullah Saw bersabda, “Allah tidaklah disembah dengan sesuatu
yang lebih utama dari pada kepahaman agama. Dan sungguh satu orang yang paham
dalam agama itu lebih berat bagi setan dari pada seribu orang ahli ibadah. Dan
setiap sesuatu itu ada tiangnya, sedang tiangnya agama ini adalah fiqih (paham).”
(HR. Daruquthni)
Diceritakan bahwa pada
suatu hari Rosulullah Saw datang ke masjid. Di muka pintu masjid itu beliau
melihat setan yang ragu ragu akan masuk. Lalu
beliau menegurnya, “Hai setan, apa yang sedang kamu kerjakan di sini ?” Maka
setan menjawab, “Saya akan masuk masjid untuk menggaggu orang yang sedang
sholat. Tetapi aku takut kepada orang lelaki yang sedang tidur.” Segera baliau
menjawab, “Hai Iblis, mengapa kamu tidak takut kepada orang yang sedang sholat
menghadap Tuhannya, tetapi justru takut kepada orang yang sedang tidur ?.”
Setan menjawab, “Betul, sebab orang yang sedang sholat itu bodoh sehingga
mengganggunya lebih mudah. Sebaliknya orang yang sedang tidur itu adalah orang
‘alim, hingga saya kuatir seandainya saya ganggu orang yang sedang sholat itu,
maka orang ‘alim itu terbangun dan segera membetulkan sholatnya.” Sebab
peristiwa itu maka Rosulullah Saw bersabda, “Tidurnya orang ‘alim lebih
baik dari pada ibadahnya orang bodoh.” Demikian disebutkan dalam kitab
“Minhajul Muta’allimin”.
10.
Rosulullah Saw bersabda, “Apabila kamu lewat pada kebun surga,
maka bersenang-senanglah kalian.” Sahabat bertanya, “Wahai Rosulullah, apakah
kebun surga itu ?” Beliau menjawab, “yaitu tempat-tempat ilmu.”(HR.
Thabrani)
Setiap
majlis yang di situ merupakan tempat untuk membahas, menekuni, dan
memperkembangkan ilmu, khususnya ilmu agama, maka majlis itu bagaikan kebun
surga yang penuh kenikmatan. Setiap kalimat yang didengar nilainya sama dengan
satu kebajikan. Berapa kebajikan yang diperoleh selama dalam majlis itu,
tinggal menghitung berapa kalimat yang telah didengar. Dan setiap kebajikan itu
kelak pasti dibalas dengan kenikmatan di surga.
Narasumber:
Kitab “At-Targhiib Wat-Tarhiib”.
Rabu, 16 Mei 2012
Kerukunan Sebagai Pilar Keragaman dan Toleransi
Bahwa hak beragama
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.
Inilah yang disebut sebagai freedom to be. Di dalam hal ini, negara tidak boleh
mencampuri urusan freedom to be dimaksud. Misalnya orang Islam harus menyebut
Muhammad saw sebagai rasulullah. Shalat wajib harus lima kali sehari dengan
urutan dan waktu yang sudah ditentukan.
Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk utk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. di dalam hal ini, maka
pemerintah berkewajiban melindungi setiap usaha penduduk melaksanakan ajaran
agama & ibadat pemeluk-pemeluknya. Pemerintah mempunyai tugas untuk
memberikan bimbingan dan pelayanan agar setiap penduduk dlm melaksanakan ajaran
agamanya dapat berlangsung dgn rukun, lancar, dan tertib;
Arah kebijakan
Pemerintah dalam pembangunan nasional di bidang agama antara lain peningkatan
kualitas pelayanan dan pemahaman agama, kehidupan beragama, serta peningkatan
kerukunan intern dan antar umat beragama. Agama memang selalu menjadi topik
menarik dalam setiap even membahas relevansinya bagi kehidupan masyarakat,
pemerintah dan negara. Tidak terkecuali adalah ketika agama dipertanyakan
kembali relevansinya bagi pembangunan nasional. Agama memang menjadi pattern
for behavior di dalam kehidupan manusia dan juga masyarakat.
Sebagai pedoman di
dalam kehidupan manusia, agama sering menjadi sasaran ketika tafsir agama
dimaksud menyebabkan terjadinya permasalahan di dalam masyarakat tersebut.
Tidak terkecuali di dalam acara National Summit yang dilaksanakan selama dua
hari, Kamis –Jum’at, 29-30 Oktober 2009. Di dalam National Summit ini juga
banyak yang mempertanyakan bagaimana agama dapat dijadikan sebagai spirit dalam
membangun masyarakat Indonesia.
Ada tiga fokus
pembicaraan tentang relasi agama dan masyarakat, yaitu agama dalam relasinya
dengan kerukunan umat, agama dalam relevansinya dengan peningkatan kehidupan
umat dan agama dalam relevansinya dengan tantangan pembangunan secara
menyeluruh atau menjadikan agama sebagai spirit pembangunan. Tentu yang
saya tulis ini bisa saja tidak sama dengan rekomendasi sidang Komisi VI yang membincang
tentang “agama dan Pembangunan Nasional”. Tetapi yang jelas bahwa perbincangan
dari para diskusan dapatlah diresume dalam tiga fokus pembicaraan tersebut.
Tulisan ini baru membincangkan tentang relasi antara agama dengan tantangan
pembangunan keberagamaan ke depan.
Kerukunan umat
beragama merupakan pilar kerukunan bangsa dan negara. Kerukunan umat beragama
adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi,
saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan
ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pemeliharaan kerukunan
umat beragama adalah upaya bersama umat beragama dan
Pemerintah di bidang pelayanan, pengaturan, dan pemberdayaan umat beragama.
Rukun, bahwa maknanya
rang Indonesia (khususnya Orang Jawa) selalu mengedepankan kerukunan dalam
kehidupannya. Harmoni, artinya orang Indonesia (khususnya Orang Jawa) selalu
mengedepankan keseimbangan antara mikro kosmos dan makro kosmos. Kemudian
Selamet, yang berarti bahwa orang Indonesia (khususnya orang Jawa) sangat
menjaga keselamatan baik dengan sesama manusia, alam dan Tuhan
Dengan demikian, yang sesungguhnya diharapkan adalah bagaimana mengembangkan
sikap dan tindakan yang mengedepankan kerukunan antar suku, etnis dan
agama secara sungguh-sungguh. Jadi yang diharapkan bukan pluralisme atau
multikulturalisme butik, di mana kerukunan dan keharmonisan hanyalah di luarnya
saja. Hal itu hanya dilakukan dengan duduk bersama, makan bersama dan berbicara
bersama, akan tetapi tidak menjelma ke dalam membangun program kerja bersama.
Jadi, ke depan yang
perlu dikembangkan adalah bagaimana membangun tidak sekedar co eksistensi
tetapi pro eksistensi.
TIPS MENJADI WARTAWAN YANG BAIK
1.Hubungan
dengan narasumber harus dikontrol agar tidak terlalu dekat dan tidak terlalu
renggang.
Ini mengarahkan kita menjadi independen. Juga agar tidak diperalat. Menjadi wartawan bukan untuk mencari kawan, juga tidak mencari lawan - tapi mencari berita.Tidak pernah ada dalam kode etik wartawan Indonesia, atau dalam kode etik wartawan di negara mana pun, atau dalam mata kuliah jurnalistik, yang menyebutkan profesi wartawan adalah untuk mencari kawan sebanyak-banyaknya. "Sesungguhnya wartawan adalah pertapa yang hebat; yang sanggup kesepian di tengah keramaian; karena dia lebih peduli pada APA daripada SIAPA."Sebagai wartawan, lebih bagus jika anda tidak punya profesi lain. Hindari menjadi pengurus parpol, LSM, apalagi pemborong. "Semakin sedikit predikat yang disandang, semakin baik seorang wartawan menulis," ujar Katharine Graham, pemilik Washington Post. "Wartawan ya wartawan.Titik," kata Bambang Soed dari Tempo.
Ini mengarahkan kita menjadi independen. Juga agar tidak diperalat. Menjadi wartawan bukan untuk mencari kawan, juga tidak mencari lawan - tapi mencari berita.Tidak pernah ada dalam kode etik wartawan Indonesia, atau dalam kode etik wartawan di negara mana pun, atau dalam mata kuliah jurnalistik, yang menyebutkan profesi wartawan adalah untuk mencari kawan sebanyak-banyaknya. "Sesungguhnya wartawan adalah pertapa yang hebat; yang sanggup kesepian di tengah keramaian; karena dia lebih peduli pada APA daripada SIAPA."Sebagai wartawan, lebih bagus jika anda tidak punya profesi lain. Hindari menjadi pengurus parpol, LSM, apalagi pemborong. "Semakin sedikit predikat yang disandang, semakin baik seorang wartawan menulis," ujar Katharine Graham, pemilik Washington Post. "Wartawan ya wartawan.Titik," kata Bambang Soed dari Tempo.
2.
Cara terbaik menjadi penulis yang baik adalah: mulai dulu menjadi pembaca yang
baik. Usahakan menulis feature setidaknya sekali dua minggu .Wartawan yang bisa
menulis feature sudah pasti "sempurna" menulis berita biasa - yang
berpola piramida terbalik. Sebaliknya belum tentu. Berita politik atau berita bisnis
tidak dibaca semua orang. Tapi feature, pasti banyak dibaca.
3.Berita
bukan cuma mengenai pejabat, tapi kisah rakyat kecil.Anda mungkin pernah
membaca beberapa tahun lalu sebuah berita feature di halaman depan Kompas.
Bukan mengenai Presiden yang bermain dengan cucunya; tapi tentang seorang buruh
pabrik sandal yang diadukan ke polisi dengan tuduhan mencuri sepasang sandal.
Padahal dia cuma memakai sebentar sandal itu ke mushola untuk sembahyang.Bayangkan,
berita sepele itu muncul di halaman depan koran sebesar Kompas. Dan inilah
kelemahan banyak koran daerah: sering menganggap hanya berita tentang gubernur
atau bupatilah yang layak di halaman depan; padahal justru kisah-kisah humanis
tentang orang-orang kecil itulah yang idealnya diangkat pers ke permukaan.
Apakah itu karena wong cilik tak mampu kasih amplop kepada wartawan seperti halnya
amplop temu pers pejabat?
4.Jurnalisme
adalah pekerjaan orang-orang kreatif. Bagi
penulis dan jurnalis, menemukan ide-ide, apalagi orisinal, bagai menemukan harta
karun. Perhatikan lingkungan; jangan cuma lihat. Simak pembicaraan orang;
jangan hanya dengar. Berpikir kreatif kulakukan dengan berkhayal sebelum tidur
di tengah malam; atau ketika jongkok di toilet sambil mengepulkan asap rokok.
Bila ide muncul, langsung catat di kertas atau laptop.
5.Gunakan
istilah yang spesifik dan mudah dimengerti. Pakai kata khusus; bukan kata umum.
Hindari repetisi dan kata-kata berkabut. Tulislah "Lima penjambret dompet
ditangkap dalam perayaan Natal" Jangan tulis "Sejumlah kriminal
diamankan aparat untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya karena melakukan
tindak pidana dalam perayaan hari raya Kristen yang suci dan khusyuk."Tak
ada salahnya sesekali bereksperimen dengan kosa-kata dan frasa baru. Itu
membuat karya anda senantiasa segar dan tidak membosankan. Jangan pernah
berpikir akan dipuji sebagai wartawan hebat karena anda menulis istilah-istilah
sulit, berbahasa asing, dan ilmiah. Bila anda gemar menyelipkan kata-kata
ilmiah pada setiap kalimat dan alinea, cobalah menulis buku pelajaran atau jadi
dosen - anda sudah kesasar berprofesi sebagai wartawan.
6. Semakin jarang mengutip sumber anonim, semakin baik. Semakin berani seorang sumber disebutkan identitasnya, semakin kecil kemungkinan ia berbohong. Ada tips untuk ini. Jika mulai curiga si narasumber berbohong, langsung keluarkan alat perekam atau kamera. Jika memang sedang berbohong, biasanya dia menolak untuk direkam atau difoto.
7.
Wartawan harus berkarakter. Jangan jadi wartawan kebanyakan. Maka anda harus
jadi wartawan berkarakter. Maksudnya adalah karakter pada tulisan; bukan
penampilan diri, apalagi kalau harus menggondrongkan rambut dan memakai sandal
jepit ketika meliput.Buatlah pembaca membolak-balik koran hanya untuk mencari
tulisan anda. Pendiri Kompas Jacob Oetama mengatakan, setiap wartawan harus
menetapkan etika dan standarnya sendiri-sendiri.Dalam berita seminar ilmu
fisika misalnya, kita harus menulis gelar si pembicara agar publik tahu layak
tidaknya dia bicara soal fisika. Atau dalam berita walikota yang baru dilantik,
tentu bagus menjelaskan apa saja gelarnya untuk pertama kali.Jangan sesekali
menjiplak berita dari wartawan lain, apalagi menjiplak yang sudah terbit.
Karena itu menjadikan karya-karya kita tidak berkarakter.
8.
Belajarlah memotret. Berita koran akan lebih menarik jika disertai foto.
Meskipun tugas utama reporter adalah menulis, sebaiknya jangan malas memotret.
Terkadang sebuah foto yang kuat lebih layak menghabiskan lima kolom koran
dibanding berita.Perhatikan foto-foto lepas di Kompas atau Koran Tempo. Tiga
hal pokok dalam foto jurnalistik adalah momen (waktu terbaik menjepret tombol
pembuka rana), angle (sudut pengambilan kamera), dan komposisi gambar. Foto
jurnalistik yang baik tidak selalu harus fokus atau berwarna tajam dan indah.
Yang utama ialah: foto itu menjelaskan sesuatu. Katakan seorang reporter
menyertakan foto untuk berita rapat pemkab seperti ini: gambar seorang PNS
memunguti kertas yang lepas dari tangannya dengan latar bupati sedang
berbicara. Foto ini sangat pantas untuk dimuat.
9.
Jangan menginterogasi; anda bukan polisi. Tugas wartawan sebatas memberitahu
publik apa yang terjadi. Maka jangan memosisikan diri sebagai interogator,
jaksa, atau hakim ketika mewawancarai narasumber. Pakailah bahasa yang santun.
Kritis tidak berarti harus kasar. Lebih baik kita terlihat bodoh di depan
narasumber daripada konyol di mata pembaca.
10.
Senjata wartawan yang paling ampuh adalah bertanya. Amunisi paling tajam adalah
kata-tanya "mengapa". Karena pertanyaan dengan kata tanya "mengapa"ini
akan mengungkapkan alasan dan letarbelakang terjadinya suatu peristiwa.
(mathuy-
dikutip dari tabloid berita independen sergap)
Langganan:
Postingan (Atom)