Senin, 19 November 2012

Puisi-puisi Lailatul Kiptiyah

Syair Sedih
Sepi yang mengekal di pelupuk malam
merobek mata hatiku yang kelam
Di atas lembaran kitab yang menua
huruf-huruf terus bernyanyi
mengabarkan maknanya
sebagian lagi
memeluk rahasia
penciptanya
Di luar kudengar jerit kuk kuk burung hantu
seolah maut telah tiba di muka pintu
lalu kulihat pada cermin, kilasan wajah-wajah sedih
wajah dosa dan doa yang terus tumpang tindih
Jakarta, Februari 2012 (Maulid 1433 H

Mengantar Mayit
sekawanan burung
beriringan menuju langit
di petang yang murung
sebagian bulu-bulunya luruh, menerpa kafan sang mayit
sang mayit yang sepi dari pengantar
hanya kesiur angin petang mengembusi pucuk-pucuk lontar
rerumput dan tanah di sekitarnya nampak garing
pangantar tak seberapa itu terus mendaraskan
doa-doa hening
ke sebuah liang sunyi lagi sempit
jasad sang mayit di turunkan
tanah-tanah yang terberai segera di timbunkan
: maka sempurnalah pemakaman
petang semakin tenggelam di ufuk paling nun
ketika talqin terlantun
al-fatihah, al-fatihah
“semoga jarak kepadaMu tertempuh sudah”
Maret, 2012

Musim Tanam
Hujan yang mencurah ke sumur-sumur ledeng
telah mengekalkan tibanya musim rendheng
Benih-benih padi yang  kau semai
ramai bercukul  hijau rinai
Sekawanan belibis terbang hinggap di pematang
di dadamu yang tipis,  duka lama telah mencipta kubang
Seperti sejarah yang  tak tahu mengapa terus berulang
padamu, segala musim di titipkan
Jalan takdir
yang menuntunmu pulang
2012

Sajak Rapuh
dan tentu, aku pastilah serapuh
daun-daun dan bunga-bunga
yang meluruh itu
ketika musim silih berganti
membuatku rebah
melata
ke tanah-tanah
kecuali Kau setia menuntunku
menyemaikan akar
di jalan-jalan
menuju rumahMu
October, 2012

Sebuah Pagi (Tentang Kita)
-teruntuk TSP-
sebuah pagi lembut mengetuk pintu
ia memberimu salam lewat kicau burung
memekari matamu dengan ranum embun.
aku membayangkan buku-buku dengan
cerita-cerita lama
selalu rapi kau letakkan
di rak-rak almari di ruang keluarga.
sepenuh kasih sayang kau merawatnya
seperti rindu
seperti doa
seperti cinta.
sebuah pagi lembut bertandang
aku membayangkan kau dan aku duduk
bercengkerama. di bilik dapur sederhana.
menyeduh teh, memanggang roti dengan
mentega, mencuri kata-kata milik para
penyair lama.
setelah itu kau dan aku akan menulis puisi-puisi
cerita-cerita,
catatan-catatan sederhana
tentang apa saja;
tentang kita.

November 2012

Biodata:
Lailatul Kiptiyah, lahir dan besar di Blitar-Jawa Timur. Menullis puisi, menikmati karya-karya sastra. Saat ini bekerja di Jakarta.
Editor :
Jodhi Yudono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar